Meskipun keajaiban dan mukjizat tetap dapat terjadi, sukar rasanya membayangkan perekonomian 2009 yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari 2008. Krisis saat ini juga melanda segenap belahan dunia tanpa terkecuali sehingga pemerintah setiap negara sudah harus siap dengan seperangkat kebijakan yang diharapkan dapat meredam dampak krisis finansial global tersebut.
Pemerintah berbagai negara, terutama negara maju, sudah mengumumkan paket penyelamatan dan/atau stimulus ekonomi dengan jumlah fantastis demi menyelamatkan perekonomian mereka masing-masing, serta berharap masih dapat menciptakan pertumbuhan pada 2009 yang akan menjadi masa paling sulit bagi perekonomiandunia. Paket tersebut umumnya berupa paketpenyelamat-an sektor finansial bagi negara-negara yang terkena dampak langsung krisis finansial tersebut,seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
Sedangkan untuk negara-negara yang tergolong "en\er-ging economy", paket yang dikeluarkan adalah untuk stimulus pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah diumumkan China dan India. Apa pun bentuk paketnya, satu hal yangsudahpastiadalah setiap negara di dunia ingin segera menuntaskan krisis dan kembali kepada tujuan utama mereka dalam menyejahterakan rakyatnya masing-masing.
Amerika Serikat mau tidak mau harus menanggung beban palingberatkarena krisis berawal dari perekonomian mereka dan kemudian meluas ke hampir seluruh aspek perekonomian AS sendiri serta perekonomian dunia. Komi tmenPemerintahASdal am menyelamatkan lembaga keuangan besar seperti asuransi AIG, Citibank, serta berbagai lembaga keuangan lainnya patut dipuji karena dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lembaga keuangan tersebut dapat merembet ke segenap penjuru dunia.
Pertanyaan berikutnya, apakah Indonesia sebagai salah satu "emerging economy" juga akan mempunyai stimulus ekonomi seperti di atas? Kita tentunya sangatberharap Pemerintah Indonesia tidak harus sampai mengeluarkan paket penyelamat an ekonomi, terutama untuk sektor finansial. Penjaminan penuh seluruh simpanan masyarakat serta pinjaman antarbank mungkin satu hal yang masih perlu dilakukan Indonesia agar tidak terjadi pelarian atau pemindahan modal ke negara tetangga yang sudah menerapkan kebijakan seperti itu.
Pengawasan ketat atas kemungkinan "moral hazard" harus menyertai penjaminan penuh tersebut apabila dilakukan, di samping melakukan sedikit pembatasan pada pergerakan mata uang asing keluar Indonesiauntuk suatu jumlah tertentu. Sekali lagi, "capital control" bukanlah jalan keluar sesaatyang akan segera memecahkan masalah melemahnya nilai tukar rupiah tetapi membiarkan dolar AS keluar Indonesia dengan mudah juga tidak membantu penguatan nilai tukar rupiah tersebut. Karena itu, pengenaan perizinan pada transfer mata uang asing dengan jumlah minimum tertentu adalah jalan terbaik selain meredam upaya spekulasi valuta asing di pasar uang Indonesia sendiri.
Mengurangi secara drastis penggunaan mata uang asing, terutama dolar AS, dalam transaksi domestik perlu serius dilakukan untuk meredam tekanan terhadap rupiah. Untuk mendukung upa-ya ini.pemerintahtidakdapat bergerak sendiri dan harus didukung dunia usaha dan seluruh masyarakat Indonesia.
Meskipun pemerintah belum berbicara secara eksplisit tentang paket stimulus pertumbuhan 2009, kebutuhan akan hal tersebut menjad semakin mendesak dengan munculnya berbagai gambaran suram prediksi ekonomi Indonesia 2009. Pelaku ekonomi domestik dan pemerintah se-lamainiberbicaratentangper-tumbuhan ekonomi pada 2009 yang diperkirkan melambat, mencapai pertumbuhan sekitar 5%-5,5% . Dengan perkiraan pertumbuhan seperti ini, Indonesia sebenarnya sudah berada pada kondisi yang sesuai dengan perekonomian dunia karena perekonomian yang biasa tumbuh cepat seperti China dan India pun sudah merevisi pertumbuhannya menjadi lebih kecil.
Namun,seiring dengan belum jelasnya prospek pemulihan krisis finansial global, terutama AS, serta pola nilai tukar rupiah yang cenderung mengkhawa tirkan.maka mulai muncul prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah dari 5%. Ada yang mulai bicara pertumbuhan 4%, bahkan antara 3,5%-4%. Meskipun yang bicara tersebut adalah pihak asing dan mungkin terlalu pesimistis, kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya pertumbuhan yang lebih rendah tersebut perlu ditingkatkandan konsekuensinya, suatu paket stimulus pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi kebutuhan nyata.
Dari berbagai komponen pengeluaran dalam sistem perekonomian Indonesia, konsumsi masyarakat dan investasi pemerintah tampaknya akan menjadi yang paling diandalkan untukmendorong pertumbuhan. Ekspor yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan akan terhambat dengan menurunnya permintaan dunia serta harga yang juga tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Investasi swasta, apalagi asing tampaknya agak sulit diharapkan pada 2009, mengingat terbatasnya likuiditas di dunia serta terserapnya sumber daya finansial ke AS dan Eropa yang sedang memulihkan nilai aset beserta kekuatan industrinya.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka paket stimulus 2009 harus fokus pada mempertahankan daya beli masyarakat serta percepatan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Strategi dasar dalam mempertahankan daya beli masyarakat adalah kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga laju inflasi 2009 yang ditargetkan pada angka 7%. Sebab, melemahnya perekonomian dunia juga berdampak pada menurunnya berbagai harga komoditas pangan dan energi internasio-nal.Karenaitu sal ahsatu janji penting pemerintah dan BIkepada masyarakat Indonesia adalah menurunkan laju inflasi sampai di bawah 7%.
Selain memanfaatkan mo-mentumpenurunanhargaber-bagai komoditas serta menjamin pasokan kebutuhan pokok masyarakat, kebijakan subsidi dalam APBN harus diarahkan agar tidak berpengaruh langsung terhadap inflasi. Secara bertahap, penerapan subsidi tepat sasaran harus mendapat porsi lebih besar lagi dalam APBN 2009 dalam berbagai bentuk bantuan langsung maupun program pengurangan kemiskinan.
Subsidi pada harga komoditas harus mulai dikurangi dan terjadinya situasi, di mana harga minyak bumi internasional sudah pada harga subsidi domestik, dapat men-jadi momentum diterapkannya plafon subsidi bagi BBM. Selain itu harus menyiapkan masyarakat untuk meng-an-, tisipasi harga keekonomian BBM serta pembatasan konsumsi BBM bersubsidi bagi kelompok yang tidak berhak mendapatkan subsidi.
Selain menurunkan inflasi, stimulus pertumbuhan 2009 akan bergantung pada kelancaran pencairan APBN dan APBD bagi program dan proyek yang sudah ditentukan. Sebagai antisipasi kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sektor manufaktur, terutama industri yang padat karya, perlu dilakukan koordinasi antara proyek atau programpemerintah yang bersifat kegiatan pembangunan fisik dengan kebijakan "cash for work". Dengan demikian, tenaga ker ja potensial yang terkena PHK dapat segera dialihkan di berbagai kegiatan yang produktif dan dapat meminimalkan pengurangan daya beli mereka.
Investasi skala besar yang akan berdampak positif bagi perekonomian nasional masa depan seperti jalan tol, pembukaan lahan pertanian baru, serta pembangkit listrik, juga harus dipercepat dengankebi-j akan khusus yang harus didukung semua pihak. Masalah ganti rugi lahan yang selama ini menjadi penghalang dimulainya proyek-proyek tersebut perlu segera diselesaikan dengan menyelesaikan perbedaan pendapat hukum.
Perlu dipikirkan suatu pemecahan yang menguntungkan bagi semua pihak, di mana pihak yang lahannya akan dipakai proyek-proyek publik tersebut ikut dilibatkan dalam proyek atau mendapatkan insentif berupa keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB) di lahan penggantinya.
Krisis finansial global saat ini sebenarnya telah memberi "pelajaran baru"bagi pemerintah pusat dan daerah, yaitu dibutuhkannya sinergi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah dalam menanggulangi dampak krisis serta bersama-sama mencari sumber pertumbuhan yang mungkin akan berbeda di setiap daerah.