Jumat, 20 November 2009

APEC

Apa yang tertinggal dalam ingatan dari pertemuan-pertemuan APEC sebelumnya adalah: momen foto bersama anggota-anggotanya. Dalam foto bersama itu, perwakilan anggota-anggota APEC mengenakan pakaian tradisional negara masing-masing. Hanyalah ingatan itu yang terbersit, karena dalam pertemuan APEC jarang dihasilkan keputusan yang inovatif. Mengapa demikian? Karena APEC berfungsi tidak berdasarkan deklarasi yang mengikat. Keputusan yang diambil harus dengan suara bulat. Dengan banyaknya negara yang punya pandangan berbeda-beda seperti Myanmar, Australia, Peru dan Amerika Serikat, maka sangat jarang ada prestasi yang dihasilkan dari pertemuan APEC.

Padahal forum ini dapat memiliki makna yang lebih besar: bagaimanapun juga, terdapat sekitar 40 persen jumlah dari keseluruhan penduduk dunia yang bermukim di 21 negara anggota APEC. Setengah dari perdagangan dunia, setengah dari aktivitas ekonomi dunia mengemuka di sini. Namun di negara-negara angotanya ini pula 60 persen emisi karbondioksida dilepaskan di udara.

Sudah 20 tahun usia APEC kini, namun forum tersebut masih juga mencari peranannya di tatanan global. Pada awal pembentukannya organisasi ini memfokuskan orientasinya pada sektor ekonomi. Itu pula yang tertera dalam situs organisasi tersebut di internet: Tujuan terpenting adalah mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik.

Salah satu karakteristiknya adalah keterlibatan kawasan ekonomi. Jadi bukan berdasarkan negara, melainkan kesatuan ekonomi politik. Dengan demikian Taiwan dan Hongkong, yang berada di bawah bendera Cina-Taipei, begitu pula Cina-Hongkong, dimungkinkan menjadi anggotannya. Namun salah satu kelemahan APEC adalah tidak termasuknya India dalam keanggotaan forum ini.

Secara geografis dan tematik, APEC tumpang tindih dengan organisasi-organisasi lain. Terutama dalam kaitannya dengan negara-negara yang bergabung dalam Perhimpunan Negara Asia Tenggara ASEAN, yang membentuk forum saingan seperti ASEAN Plus 3, dengan mengikutsertakan Cina, Jepang dan Korea Utara sebagaimanapula Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur. Dimana bukan hanya ASEAN Plus 3 yang ambil bagian, namun juga ditambah India, Australia dan Selandia Baru. Tetapi tidak dengan Amerika Serikat, yang oleh karenanya APEC memiliki arti dalam keterlibatan multilateral.

Di penghujung tahun 2009 ini, pertemuan APEC dibuka Presiden Amerika Serikat Barack Obama bersamaan dengan forum AS-ASEAN yang pertama. Forum ini akan menjadi pertemuan pertama antara presiden AS dengan pemimpin Junta Militer Myanmar. Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo membuat terobosan dalam menghubungkan AS untuk berdiskusi dengan ASEAN. Dan pembahasannya kini tidak lagi terganggu oleh isu Myanmar.

Setelah dua puluh tahun didirikan, kini APEC memutuskan adanya prinsip rotasi kepemimpinan sekretariat di Singapura. Sebelumnya selalu ada seorang perwakilan diplomat penyelenggara pertemuan, yang menduduki pos itu selama setahun. Ke depan, kepemimpinan APEC akan dijabat selama tiga tahun. Sementara pertemuan APEC berikutnya akan berlangsung di Yokohama Jepang, tahun 2010.

krisis global

Meskipun keajaiban dan mukjizat tetap dapat terjadi, sukar rasanya membayangkan perekonomian 2009 yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari 2008. Krisis saat ini juga melanda segenap belahan dunia tanpa terkecuali sehingga pemerintah setiap negara sudah harus siap dengan seperangkat kebijakan yang diharapkan dapat meredam dampak krisis finansial global tersebut.

Pemerintah berbagai negara, terutama negara maju, sudah mengumumkan paket penyelamatan dan/atau stimulus ekonomi dengan jumlah fantastis demi menyelamatkan perekonomian mereka masing-masing, serta berharap masih dapat menciptakan pertumbuhan pada 2009 yang akan menjadi masa paling sulit bagi perekonomiandunia. Paket tersebut umumnya berupa paketpenyelamat-an sektor finansial bagi negara-negara yang terkena dampak langsung krisis finansial tersebut,seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.

Sedangkan untuk negara-negara yang tergolong "en\er-ging economy", paket yang dikeluarkan adalah untuk stimulus pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah diumumkan China dan India. Apa pun bentuk paketnya, satu hal yangsudahpastiadalah setiap negara di dunia ingin segera menuntaskan krisis dan kembali kepada tujuan utama mereka dalam menyejahterakan rakyatnya masing-masing.

Amerika Serikat mau tidak mau harus menanggung beban palingberatkarena krisis berawal dari perekonomian mereka dan kemudian meluas ke hampir seluruh aspek perekonomian AS sendiri serta perekonomian dunia. Komi tmenPemerintahASdal am menyelamatkan lembaga keuangan besar seperti asuransi AIG, Citibank, serta berbagai lembaga keuangan lainnya patut dipuji karena dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lembaga keuangan tersebut dapat merembet ke segenap penjuru dunia.

Pertanyaan berikutnya, apakah Indonesia sebagai salah satu "emerging economy" juga akan mempunyai stimulus ekonomi seperti di atas? Kita tentunya sangatberharap Pemerintah Indonesia tidak harus sampai mengeluarkan paket penyelamat an ekonomi, terutama untuk sektor finansial. Penjaminan penuh seluruh simpanan masyarakat serta pinjaman antarbank mungkin satu hal yang masih perlu dilakukan Indonesia agar tidak terjadi pelarian atau pemindahan modal ke negara tetangga yang sudah menerapkan kebijakan seperti itu.

Pengawasan ketat atas kemungkinan "moral hazard" harus menyertai penjaminan penuh tersebut apabila dilakukan, di samping melakukan sedikit pembatasan pada pergerakan mata uang asing keluar Indonesiauntuk suatu jumlah tertentu. Sekali lagi, "capital control" bukanlah jalan keluar sesaatyang akan segera memecahkan masalah melemahnya nilai tukar rupiah tetapi membiarkan dolar AS keluar Indonesia dengan mudah juga tidak membantu penguatan nilai tukar rupiah tersebut. Karena itu, pengenaan perizinan pada transfer mata uang asing dengan jumlah minimum tertentu adalah jalan terbaik selain meredam upaya spekulasi valuta asing di pasar uang Indonesia sendiri.

Mengurangi secara drastis penggunaan mata uang asing, terutama dolar AS, dalam transaksi domestik perlu serius dilakukan untuk meredam tekanan terhadap rupiah. Untuk mendukung upa-ya ini.pemerintahtidakdapat bergerak sendiri dan harus didukung dunia usaha dan seluruh masyarakat Indonesia.

Meskipun pemerintah belum berbicara secara eksplisit tentang paket stimulus pertumbuhan 2009, kebutuhan akan hal tersebut menjad semakin mendesak dengan munculnya berbagai gambaran suram prediksi ekonomi Indonesia 2009. Pelaku ekonomi domestik dan pemerintah se-lamainiberbicaratentangper-tumbuhan ekonomi pada 2009 yang diperkirkan melambat, mencapai pertumbuhan sekitar 5%-5,5% . Dengan perkiraan pertumbuhan seperti ini, Indonesia sebenarnya sudah berada pada kondisi yang sesuai dengan perekonomian dunia karena perekonomian yang biasa tumbuh cepat seperti China dan India pun sudah merevisi pertumbuhannya menjadi lebih kecil.

Namun,seiring dengan belum jelasnya prospek pemulihan krisis finansial global, terutama AS, serta pola nilai tukar rupiah yang cenderung mengkhawa tirkan.maka mulai muncul prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah dari 5%. Ada yang mulai bicara pertumbuhan 4%, bahkan antara 3,5%-4%. Meskipun yang bicara tersebut adalah pihak asing dan mungkin terlalu pesimistis, kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya pertumbuhan yang lebih rendah tersebut perlu ditingkatkandan konsekuensinya, suatu paket stimulus pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi kebutuhan nyata.

Dari berbagai komponen pengeluaran dalam sistem perekonomian Indonesia, konsumsi masyarakat dan investasi pemerintah tampaknya akan menjadi yang paling diandalkan untukmendorong pertumbuhan. Ekspor yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan akan terhambat dengan menurunnya permintaan dunia serta harga yang juga tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Investasi swasta, apalagi asing tampaknya agak sulit diharapkan pada 2009, mengingat terbatasnya likuiditas di dunia serta terserapnya sumber daya finansial ke AS dan Eropa yang sedang memulihkan nilai aset beserta kekuatan industrinya.

Dengan melihat kondisi tersebut, maka paket stimulus 2009 harus fokus pada mempertahankan daya beli masyarakat serta percepatan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Strategi dasar dalam mempertahankan daya beli masyarakat adalah kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga laju inflasi 2009 yang ditargetkan pada angka 7%. Sebab, melemahnya perekonomian dunia juga berdampak pada menurunnya berbagai harga komoditas pangan dan energi internasio-nal.Karenaitu sal ahsatu janji penting pemerintah dan BIkepada masyarakat Indonesia adalah menurunkan laju inflasi sampai di bawah 7%.

Selain memanfaatkan mo-mentumpenurunanhargaber-bagai komoditas serta menjamin pasokan kebutuhan pokok masyarakat, kebijakan subsidi dalam APBN harus diarahkan agar tidak berpengaruh langsung terhadap inflasi. Secara bertahap, penerapan subsidi tepat sasaran harus mendapat porsi lebih besar lagi dalam APBN 2009 dalam berbagai bentuk bantuan langsung maupun program pengurangan kemiskinan.

Subsidi pada harga komoditas harus mulai dikurangi dan terjadinya situasi, di mana harga minyak bumi internasional sudah pada harga subsidi domestik, dapat men-jadi momentum diterapkannya plafon subsidi bagi BBM. Selain itu harus menyiapkan masyarakat untuk meng-an-, tisipasi harga keekonomian BBM serta pembatasan konsumsi BBM bersubsidi bagi kelompok yang tidak berhak mendapatkan subsidi.

Selain menurunkan inflasi, stimulus pertumbuhan 2009 akan bergantung pada kelancaran pencairan APBN dan APBD bagi program dan proyek yang sudah ditentukan. Sebagai antisipasi kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sektor manufaktur, terutama industri yang padat karya, perlu dilakukan koordinasi antara proyek atau programpemerintah yang bersifat kegiatan pembangunan fisik dengan kebijakan "cash for work". Dengan demikian, tenaga ker ja potensial yang terkena PHK dapat segera dialihkan di berbagai kegiatan yang produktif dan dapat meminimalkan pengurangan daya beli mereka.

Investasi skala besar yang akan berdampak positif bagi perekonomian nasional masa depan seperti jalan tol, pembukaan lahan pertanian baru, serta pembangkit listrik, juga harus dipercepat dengankebi-j akan khusus yang harus didukung semua pihak. Masalah ganti rugi lahan yang selama ini menjadi penghalang dimulainya proyek-proyek tersebut perlu segera diselesaikan dengan menyelesaikan perbedaan pendapat hukum.

Perlu dipikirkan suatu pemecahan yang menguntungkan bagi semua pihak, di mana pihak yang lahannya akan dipakai proyek-proyek publik tersebut ikut dilibatkan dalam proyek atau mendapatkan insentif berupa keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB) di lahan penggantinya.

Krisis finansial global saat ini sebenarnya telah memberi "pelajaran baru"bagi pemerintah pusat dan daerah, yaitu dibutuhkannya sinergi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah dalam menanggulangi dampak krisis serta bersama-sama mencari sumber pertumbuhan yang mungkin akan berbeda di setiap daerah.

Kamis, 05 November 2009

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

  • Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi di mana terjadi peningkatan produk domestik bruto di suatu negara tanpa memperhatikan kenaikan tersebut lebih besar atau kecil dari pertumbuhan penduduk
  • pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menaikan PBD suatu negara agar melebihi pertubuhan penduduk

Perbedaan Pertumbuhan dan Pembangunan ekonomi

Pertumbuhan

Pembangunan

  1. Kenaikan Jumlah hasil produksi
  2. Perkembangan infrastruktur dan tidak di sertai perubahan struktur
  3. Peningkatan investasi
  4. Kenaikan GNP tidak di sertai kenaikan kesejahteraan

  1. Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi
  2. Peningkatan GNP di sertai perubahan struktur ekonomi dari tradisional ke modern
  3. Kenaikan GNP lebih besar dari jumlah penduduk
  4. kenaikan GNP di sertai kenaikan kesejahteraan
  5. Pemerataan pendapatan

Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan pembanguna ekonomi
  • Sumber daya manusia ( SDM )
  • Sumber daya alam ( SDA )
  • Kepemilikan modal
  • Ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Sistem sosial dan sikap masyarakat